12.11.2012

sungkan

saya tidak suka mengunci hujan di luar jendela. rasanya seperti menelantarkan kawan yang baik hati.

6.07.2012

tentang luka dan sepi.

dalam sedih manusia akan melarutkan diri dalam bising. karena bising akan memberi ilusi bahwa engkau masih memegang ujung tali kontrol. semua tampak ramai dan cepat dengan kilasan lampu-lampu dan cahaya; bisa saja ujung tali itu sudah lepas dari genggamanmu, tanpa engkau menyadarinya.

namun mereka yang sedikit lebih berani akan memilih sunyi. sunyi itu jujur: ia menggemakan bunyi kesedihan di dalammu sehingga engkau akan merasakan kehadirannya, begitu panjang dan nyata, seperti bunyi angin yang menyentuh daun-daun di jalan. ia menggoyangkanmu agar kau sesadar-sadarnya menyadari kesedihanmu. menerimanya, merengkuhnya, membiarkan ia mengikis dan membentuk keberadaanmu.

lalu pada suatu titik, engkau akan merasa tenang.

sedih itu tidak pergi, melainkan entah bagaimana telah menjadi bagian dari dirimu.

kesedihan yang kau rasakan dengan sunyi telah membentuk jiwamu; ia merobek-robek dan menatanya kembali. dan kau akan menjadi satu lagi. namun selamanya engkau akan membawa garis dan bentukan yang disebabkannya.

6.06.2012

teras rumah

kau mulai mencintai kembali kegelapan halaman rumahmu, mencium aroma malam dan daun menguap dari keramik terasmu. dengan lagu yang kau senandungkan di pikiranmu, engkau perlahan berdansa dengan pagar rumahmu, berjingkat di atas bayangannya. kau tidak ingat menghitung berapa langkah dan satuan waktu yang berlalu semenjak kau berada di situ.

3.26.2012

before you sleep.

there are memories that are crystalized, kept somewhere in the corner of our mind. those memories are like a warm drink, eternal in the part of your heart.
sometimes you cannot help it but, in a gap between time, take that memory, pour it into your cup, and seep it into your soul. you need warmth; and it warms your soul.

for me, those memories are when i really looked into your eyes for the first time. when you kissed my lips, gently, for the first time.